Kamis, 26 November 2020

MENJADI GURU PAK YANG HEBAT

 

MENJADI GURU PAK YANG HEBAT

A.         Pendahuluan

Salah satu unsur penting dalam pendidikan maupun pembelajaran adalah guru. Guru yang berkualitas akan membawa dampak bagi peningkatan kualitas peserta didiknya. Menjadi seorang guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) merupakan suatu panggilan dan karunia dari Tuhan ( 1 Korintus 12:28). Oleh karena itu sebagai guru PAK yang telah meresponi panggilan Allah tersebut, hendaknya dapat hadir secara berkualitas untuk membawa suatu perubahan dalam masyarakat, secara khusus dalam dunia pendidikan. Dewasa ini banyak orang memandang dan menjalankan tugas keguruan sebagai sebuah profesi. Hal ini sesuai dengan UU RI No.14 tahun 2005, tentang “Guru dan Dosen” yang menegaskan bahwa guru merupakan sebuah profesi. Dikemukakan bahwa “ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Bab I, Pasal 1,1).  Dengan kompleksnya tugas guru maka guru PAK juga harus terus membaharui diri agar dapat menjadi guru atau pendidik profesional, bahkan menjadi guru yang hebat.

Menjadi guru yang hebat, tidak terjadi secara instan, tetapi melalui banyak proses yang dapat membuat guru PAK semakin tangguh dilapangan. Merumuskan pengertian guru PAK yang hebat, bukanlah sesuatu yang mudah, sebab rumusan  orang mengenai arti, fungsi, tujuan, serta seluk beluk guru hebat, bergantung pada keyakinan atau asumsi dasar yang dimiliki mengenai kehidupan. Tidak ada kategori khusus agar seseorang dapat dikatakan menjadi guru yang hebat. Kata hebat itu sifatnya relatif. Jadi dalam tulisan ini diberi batasan tentang guru PAK yang hebat tersebut adalah seorang guru PAK yang inspiratif, kreatif, komunikatif, adaptif, inovatif, solutif, dan produktif. Seperti apa guru yang inspiratif, kreatif, komunikatif, adaptif, inovatif, solutif, dan produktif itu akan dipaparkan dalam pembahasan selanjutnya.

 

B.         Guru PAK yang Inspiratif

Dalam KBBI, kata inpirasi memiliki arti ilham. Berdasarkan arti kata tersebut, maka guru PAK yang inspiratif dapat diartikan sebagai guru PAK yang mengilhami, atau menginspirasi. Sebagaimana guru PAK yang telah dipanggil oleh Allah sebagai pengajar ( 1 Korintus 12:28) dalam dunia pendidikan, maka setiap kita terpanggil juga untuk melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Menjadi guru PAK bukan sekedar mengajar saja, tetapi lebih daripada itu seorang guru PAK hendaknya dapat menginspirasi guru-guru lainnya untuk melakukan sesuatu yang lebih baik demi kemajuan pendidikan. Menurut Andar Ismail bahwa seorang guru dalam melakukan pekerjaannya, hendaknya bukan semata-mata karena gaji saja, melainkan karena kita mengaku luhurnya perbuatan mendidik (1997:58). B.S.Sidjabat juga berpendapat bahwa menjadi guru itu bukan hanya sebagai pekerjaan yang menopang kehidupan tetapi sebagai panggilan jiwa maupun batin (2018:72). Oleh karena itu maka menjadi guru PAK hendaknya dilakukan dengan sepenuh hati sehingga dapat menjadi berkat bagi banyak orang.

Seorang guru PAK yang inspiratif hendaknya dapat menginspirasi peserta didiknya.  Guru harus dapat mencuri perhatian peserta didik dan menjadi seorang yang sangat istimewa bagi setiap peserta didik. Guru memang harus menjadi orang yang spesial, namun lebih baik lagi jika ia menjadi spesial bagi semua peserta didiknya. Sangat penting bagi guru untuk menularkan kepintaran dan kedewasaannya bagi peserta didiknya. Sebab guru adalah mediator bagi lahirnya anak-anak cerdas di masa mendatang. Untuk membangun bangsa ini diperlukan guru-guru yang hebat untuk membentuk para peserta didik hebat dan untuk memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kehadiran guru sangat diperlukan menjadi wadah bagi transmisi nilai-nilai luhur dan akhlak mulia.

Yesus sebagai Guru Agung berhasil menginpirasi murid-muridnya sehingga mereka menjadi pengajar-pengajar yang luar biasa dan memuridkan banyak orang (Kisah Para Rasul 2:41-42). Yesus dengan lembut mengatakan kepada muri-muridnya agar mereka belajar kepada Yesus yang lemah lembut, dan rendah hati, sehingga jiwa murid-murid akan mendapat ketenangan (Matius 11:29). Sikap, tindakan, dan perkataan Yesus sangat menginspirasi murid-muridnya sehingga mereka menjadi pengajar-pengajar hebat bagi jemaat, dan bagi orang banyak yang mendengarnya (Kisah Para Rasul 2:14, 4:1-13).

 

C.        Guru PAK yang Kreatif

Kata kreatif berarti memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu memunculkan ide-ide dan mampu menerapkan ide-ide tersebut dalam pembelajaran. Guru PAK kreatif adalah guru yang mampu memandang sesuatu sebagai suatu peluang untuk berkarya, sehingga dia akan mampu bertahan dalam keadaan apapun. Guru PAK yang kreatif itu hidupnya akan dinamis karena selalu mengikuti perkembangan yang ada, tidak pernah kehabisan ide, tetapi selalu memiliki ide-ide yang terbarukan.

Allah pencipta alam semesta adalah Allah yang Maha Kreatif (Kejadian1:31; Mazmur107:31). Allah menciptakan alam semesta dengan begitu indah, secara khusus manusia yang dibentuk langsung oleh tangan-Nya (Kejadian 1:26-27). Karya dan kreatifitas Allah  begitu sempurna. Kitab-kitab Injil juga banyak menjabarkan bagaimana kreatifitas Yesus ketika mengajar. Kadang-kadang Yesus mengajar murid-muridnya di tepi danau (Matius 5:21); di bukit (Matius 15:29); di tempat ibadat (Matius 4:23); di rumah (Matius 9:10); di perahu (Markus 6:51); di sumur (Yohanes 4:1-42); di kolam (Yohanes 5: 1-18); bahkan di kuburan (Yohanes 11: 1-44). Selain tempat-tempat belajarnya  yang bervariasi, media pembelajaran yang digunakan Yesus juga sangat beranekaragam. Beberapa alat peraga yang pernah digunakan Yesus antara lain: ikan (Yohanes 21:4-13); roti dan anggur (Lukas 22:17-20); uang (Matius 22:19-21); keledai (Lukas 19:29-44); dan diri-Nya sendiri (Yohanes 21: 24-28). Metode yang digunakan Yesus juga sangat dinamis, tidak monoton pada satu cara. Beberapa metode yang digunakan Yesus dalam mengajar yaitu: ceramah (Matius 5:1-12); demonstrasi (Yohanes 6:-15); tanya jawab (Matius 22:15-22); dan memakai perumpaman (Lukas 15:1-7). Hal- hal yang disebutkan diatas merupakan contoh nyata yang dapat diterapkan oleh guru PAK, sehingga pembelajaran Pendidikan Agama Kristen menjadi menarik, dan sesuatu yang sangat dinanti-nantikan oleh setiap peserta didik.

Keterampilan lain yang perlu dikuasai oleh guru PAK agar menjadi seorang guru PAK yang kreatif adalah mampu mengelola kelas dengan baik. Kemampuan mengelola kelas ini sangat berpengaruh terhadap minat peserta didik dalam belajar. Yesus sang Guru Agung merupakan contoh guru yang memiliki kemampuan mengelola kelas dengan baik. Yesus mampu mengajar lima ribu orang di ruangan terbuka tanpa bantuan pengeras suara, dan semua orang dapat mendengarkan dengan baik (Matius 14:13-20). Guru PAK hendaknya mampu mengelola dan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, dimana setiap peserta didik merasakan pembelajaran menjadi sesuatu yang istimewa setiap harinya.

David J. Schwartz menyarankan beberapa hal yang dapat membantu seseorang mengembangkan kekuatan kreatifitasnya, yaitu dengan cara menghapus kata tidak mungkin, baik dari pikiran maupun dari kosakata pembicaraan kita, sebab tidak mungkin adalah kata kegagalan. Cara lainnya adalah memikirkan sesuatu yang istimewa yang selama ini ingin kita lakukan, tetapi kita merasa kita tidak dapat melakukannya (21011:153). Banyak orang mengalahkan dan menaklukkan keinginan, hanya karena sibuk berkonsentrasi pada mengapa ia tidak dapat melakukannya, padahal seharusnya yang menjadi fokus kita adalah mengapa kita dapat atau mampu. Kita tidak perlu membatasi kuasa Allah bekerja dalam kehidupan kita, dengan cara membentengi diri kita dengan pikiran-pikiran yang memenjarakan kita dalam ketidakmampuan. Kita perlu membebaskan diri kita dari pikiran yang melemahkan sehingga kreatifitas kita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kreatifitas itu akan muncul ketika kita mulai mencoba sesuatu dengan tidak perlu takut akan mengalami kegagalan. Pada umumnya rasa aman dan percaya diri membangkitkan kreatifitas di dalam kehidupan. Orang yang percaya diri, biasanya tidak takut berbeda, mandiri dalam berpendapat, serta penuh inisiatif dan imajinasi dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

 

D.         Guru PAK yang Komunikatif

Senjata utama seorang guru dalam melaksanakan tugasnya adalah mampu berkomunikasi. Sehebat apapun ilmu yang dimilikinya, tetapi jika tidak mempunyai keterampilan untuk mengkomunikasikannya maka, ilmu itu  hanya tinggal sebagai ilmu pengetahuan dalam dirinya sendiri saja. Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa setiap guru wajib memiliki kualifikasi dalam banyak bidang, termasuk: “kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan Nasional” (Bab IV, Pasal 8). Terkait dengan kompetensi ini, setiap guru wajib mengembangkan dirinya dalam segi-segi berikut: “kompetensi akademik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional” (Bab IV, Pasal 10). Oleh karena itu menurut Kunandar bahwa guru selain harus kompeten dalam akademik, guru juga harus kompeten secara sosial, yaitu mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didiknya, sesama guru, orang tua dan juga dengan masyarakat (2007:72-79).

Alkitab juga mengajarkan pentingnya menjaga komunikasi atau perkataan. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, mengatakan agar mereka memakai perkataan yang membangun, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia (Efesus 4:29). Sebuah komunikasi yang dibangun dengan baik dapat menghasilkan berkat bagi orang lain, diantaranya terbentuknya suatu hubungan yang baik, ikatan batin yang kuat dan saling memberkati satu dengan lain. Oleh karena itu setiap guru PAK harus mengawasi perkataannya, sehingga orang lain yang mendengarnya baik itu peserta didik, rekan guru, orang tua maupun masyarakat akan melihat bahwa guru tersebut seorang yang bijak dalam perkataan.

Sangat penting bagi guru PAK untuk belajar berkomunikasi dengan peserta didik ataupun dengan orang lain, dengan tidak menghakimi sehingga tidak menimbulkan luka batin di hati mereka. Sebagaimana dalam Efesus 6:4 dinyatakan agar bapa-bapa jangan membangkitkan amarah di hati anak-anaknya. Meskipun ini ditujukan secara khusus kepada bapa-bapa, tetapi jika melihat pada ayat sebelumnya bahwa anak-anak diperintahkan agar menaati orang tua didalam Tuhan, berarti termasuk juga guru didalamnya. Artinya jika anak diperintahkan agar menaati orangtua, maka orangtua atau gurupun harus menjaga perkaataan ataupun komunikasinya agar tidak membangkitkan amarah di hati anak-anak atau peserta didiknya.

Ronald W. Leigh mengatakan bahwa peserta didik harus tahu bahwa kita suka mengajar, dan bahwa salah satu hal yang terbaik tentang mengajar ialah bahwa kita bisa bersama peserta didik dan berbicara dengan mereka (2002:147). Dalam setiap pembelajaran hendaknya dapat dilakukan dengan dialogis, bukan berjalan searah. Yesus memberikan contoh yang sangat baik dalam seluruh pelayanan pengajaran yang Ia lakukan, Ia selalu melibatkan para pengikutnya dalam proses belajar. Meskipun kadang-kadang Yesus berceramah, tetapi Ia sering bertanya dan berdiskusi dengan para pendengar-Nya (Matius 5:2; 19:16-26).

Kesalahan yang seringkali terjadi dalam pengajaran adalah bahwa guru beranggapan bahwa pengajaran sebagai proses penyampian materi pelajaran saja. Sudah tentu mereka sadar akan kehadiran murid, tetapi mereka merasa bahwa yang penting adalah isi dan penyajian yang teratur. Karenanya mereka memberikan sedikit pertimbangan, atau tidak sama sekali, terhadap kosakata, usia, kebutuhan dan latar belakang peserta didik. Hasilnya, guru memiliki isi yang berarti untuk dibagikan, tetapi tidak pernah berarti bagi peserta didiknya. Jadi guru perlu memiliki pandangan yang seimbang mengenai pentingnya mengakui kehadiran dan komunikasi dengan peserta didik, dan juga pentingnya materi pembelajaran yang harus disampaikan kepada mereka.

 

E.         Guru PAK yang Adaptif

Salah satu pengajaran Yesus di bukit kepada murid-mudid-Nya yang sangat terkenal sampai sekarang adalah tentang ajaran menjadi garam dan terang dunia (Matius 5: 13-16). Makna menjadi garam dan terang dunia itu adalah dapat memberikan sesuatu yang baik bagi dunia. Terkait dengan guru PAK sebagi agen Allah dalam melaksanakan mandat-Nya di dunia, maka guru PAK hendaknya hadir membawa dampak yang baik di tengah-tengah masyarakat. Belajar dari keteladanan Yesus tersebut, maka guru PAK perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia mengajar, dengan tetap menjaga citra Allah dalam hidupnya. Guru PAK harus mampu membawa diri dalam segala keadaan dengan tetap menjaga diri untuk tidak terbawa arus keadaan.

Hal ini menjadi penting karena menjadi guru PAK bukan hanya sekedar guru biasa saja, tetapi juga sebagai pemberita kabar baik dari Allah kepada peserta didik dan kepada warga sekolah lainnya. Sejalan dengan hal itu maka guru PAK juga perlu menjaga spiritualnya. B.S. Sidjabat mengatakan bahwa bobot dan jenis spritualitas seorang guru, akan terlihat dalam caranya menyapa dan memperlakukan peserta didiknya; sikapnya terhadap pengetahuan dan kurikulum yang dipergunakan; performanya ketika melakukan kegiatan pembelajaran; caranya menghadapai kesulitan; relasi dengan atasan, bawahan ataupun dengan rekan-rekan kerja (2018:33).

Karakteristik peserta didik yang kita bina terdiri dari berbagai macam perbedaan baik itu usia, jenis kelamin, karakter, latar belakang ekonomi, latar belakang keluarga, adat budaya, bahkan juga kebiasaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu guru PAK perlu menyesuaikan diri dengan segala perbedaan yang dimiliki oleh setiap siswa, sehingga pembelajaran yang diberikan dapat menyentuh kebutuhan mereka. Tidak sedikit siswa yang menjadi tidak bersemangat belajar, memberontak, bahkan mogok dalam kegiatan belajar karena dibimbing oleh guru yang tidak bisa menyesuaikan pembelajaran yang diberikan dengan karakteristik peserta didiknya. Pengalaman penulis mengajar di SMP Negeri 2 Sekadau Hulu dengan mayoritas siswa berasal dari suku Dayak dan Melayu, maka sebagai guru yang berbeda suku mau tidak mau penulis harus menyesuaikan diri dengan adat, budaya, serta kebiasaan mereka. Penulis harus mendalami kehidupan mereka sehingga sikap, perbuatan, dan perkataan penulis tidak menjadi batu sandungan bagi mereka.

 

F.          Guru PAK yang Inovatif

Seorang inovator adalah orang yang berhasil mengambil peluang-peluang untuk mewujudkan gagasan-gagasan yang ada dan secara realita dapat dikembangkan. Perkembangan zaman ini melaju dengan sangat cepat, itu sebabnya setiap orang tidak terkecuali guru PAK hendaknya memperbaharui diri, sehingga tidak terlindas oleh kemajuan teknologi. Guru PAK harus hadir dengan terobosan baru, dengan inovasi-inovasi yang mengikuti perkembangan dunia pendidikan. Guru PAK harus menjadi guru yang profesional bukan amatiran. Prof.Tilaar mengemukakan bahwa pengertian profesional bertolak belakang dengan konsep amatiran. Beliau mengatakan bahwa seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi, bukan amatiran. Dapat saja hasil karya seorang amatir tinggi mutunya, tetapi seorang professional akan terus menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan (2002:86).

Lebih jauh Andreas Harefa mengatakan bahwa seorang guru hendaknya menjadi manusia pembelajar demi pembelajaran yang berkualitas bersama dengan peserta didiknya (Kompas: 2000). Sangat penting bagi guru PAK untuk mengembangkan ilmu dan keterampilannya sehingga ilmu pengetahuan yang diberikan kepada peserta didik tidak ketinggalan zaman, tetapi dapat memenuhi perkembangan terkini sesuai dengan perkembangan yang dialami oleh peserta didiknya.

Prof. Nasution mengatakan bahwa inovasi tidak selalu berupa penemuan sesuatu yang baru, tetapi bisa juga pemanfaatan atau pengembangan suatu konsep yang sudah ada atau memandang sesuatu dari segi yang lain daripada yang biasa (2003:156). Tidak sedikit guru yang masih bertahan dengan metode mengajar yang masih konvensional, yaitu berceramah. Meskipun mudah untuk dilakukan, tetapi metode ceramah akan membuat guru mudah lelah dan siswa juga mudah bosan, karena pembelajaran monoton. Guru PAK perlu melakukan suatu pembaharuan atau inovasi sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik. Inovasi yang dapat dilakukan antara lain, menerapkan berbagai metode pembelajaran, membuat alat peraga, dan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, dan lain sebagainya.

Setiap inovasi yang dilakukan guru tentu memerlukan usaha, pikiran, waktu dan mungkin juga biaya yang banyak. Akantetapi ada kepuasan tersendiri bagi guru jika ia telah melakukan suatu inovasi pembelajaran. Pembelajaran menjadi lebih menarik dan dinamis. Kenyataan yang terjadi saat ini, penulis melihat masih banyak guru-guru yang cenderung tertutup terhadap inovasi bahkan menentangnya, meskipun memang sudah cukup banyak juga guru yang lebih terbuka dan bersedia untuk menerapkan suatu inovasi. Prof. Nasution memaparkan beberapa penyebab guru tidak menerima suatu inovasi dalam pembelajaran yaitu: adanya keinginan untuk mempertahankan keseimbangan dan status quo; kebiasaan yang sulit diubah; merasa aman mengikuti banyak orang; dan adanya rasa tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri, takut gagal serta tidak berani mengambil resiko (2003:164)

 

G.         Guru PAK yang Solutif

Yesus sebagai guru banyak menolong orang susah. Sebagai contoh Yesus menolong sebuah keluarga di kota Kana yang sedang mengadakan pesta. Pada waktu pesta masih berlangsung mereka kehabisan anggur padahal tamu-tamu masih banyak (Yohanes 2:1-11). Yesus memberikan pertolongan dengan memberikan anggur berkualitas sehingga keluarga tersebut tidak jadi malu. Yesus hadir memberikan solusi tepat pada waktunya, tanpa menghakimi pelayan yang tidak bijak dalam mempersiapkan minuman anggur sebelum dan saat pesta berlangsung. Hal ini menjadi teladan bagi guru PAK untuk hadir menjadi seorang yang memberikan solusi saat ada masalah di sekolah, dalam kehidupan peserta didik atapun dalam kehidupan guru-guru lain yang membutuhkan pertolongan.

Seorang guru bisa saja tidak disenangi oleh peserta didiknya, dan mereka menilai guru tersebut sangat membosankan. Ini pernah terjadi di sekolah tempat  penulis mengajar yaitu di SMP Negeri 2 Sekadau Hulu. Salah seorang peserta didik dengan berani menolak guru yang datang untuk mengajar pada jam pelajaran hari itu. Guru itu akhirnya mengatakan bahwa beliau tidak akan mengajar mereka lagi, dan beliau langsung meninggalkan kelas dan kembali ke kantor guru. Peserta didik yang menolak guru tersebut, kemudian menyadari kesalahannya dan datang minta maaf kepada guru itu dan berlutut di kaki guru tersebut. Akantetapi guru tersebut segera menyuruh peserta didik itu kembali kelas, tanpa menjelaskan sesuatu hal. Sebagai sesama rekan guru, penulis memberikan nasihat kepada guru tersebut, bahwa saat anak itu minta maaf, itulah kesempatan emas bagi kita sebagai guru untuk memberikan bimbingan dan teguran, agar mereka lebih baik kedepannya. Penulis mencoba memberikan solusi agar guru tersebut mengalami pemulihan batin terlebih dahulu, sehingga mampu menghadapi peserta didik yang terkadang secara sengaja menggangu emosi guru.

Alkitab mengajarkan bahwa hidup merupakan sebuah panggilan dari Allah untuk banyak dimensi. Tugas menjadi guru PAK bukan hanya sekedar profesi saja tetapi juga sebagai suatu panggilan dari Allah (Sidjabat, 2018:68). Allah memanggil Guru PAK sebagai rekan sekerja-Nya untuk melakukan pekerjaan yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya (Efesus 2:10). Karena itu dengan memahami bahwa menjadi guru PAK itu merupakan sebuah panggilan, maka guru PAK hendaknya memenuhi panggilan Allah, untuk hadir menjawab kebutuhan peserta didik maupun rekan-rekan kerja yang membutuhkan pertolongan. Peserta didik yang kita didik adalah pribadi-pribadi yang membutuhkan pertolongan ditengah-tengah kompleksnya masalah kehidupan. Oleh karena itu, guru PAK hendaknya hadir membawa peserta didiknya untuk mengenal Yesus secara pribadi, sehingga pembelajaran PAK yang diberikan dapat menyentuh bukan hanya dimensi kognitifnya saja tetapi juga dimensi spritualnya.

Perkembangan zaman saat ini sangat mempengaruhi kehidupan peserta didik, oleh karena itu guru PAK memiliki tanggung jawab untuk mendampingi peserta didik agar mereka mampu memahami dirinya sendiri, prolema yang dihadapinya, serta mampu melihat jalan keluar dari setiap permasalahannya. Berdasarkan pengalaman penulis mengajar PAK di SMP Negeri 2 Sekadau Hulu selama sebelas tahun, peserta didik sangat berani terbuka dengan penulis mengenai kehidupan pribadi dan keluarganya. Mereka sering “curhat” dan menanyakan jalan keluar masalah mereka. Uniknya, “curhat” ini terjadi bukan hanya pada saat mereka bersekolah di SMP Negeri 2 Sekadau Hulu saja, tetapi setelah mereka luluspun, mereka masih sering menghubungi penulis untuk meminta bantuan atas berbagai masalah yang mereka hadapi sebagai anak-anak muda. Hal ini merupakan peluang bagi penulis untuk memberikan solusi yang alkitabiah kepada mereka, sehingga mereka dapat menemukan jalan keluar yang terbaik di dalam Tuhan Yesus, serta iman mereka juga bertumbuh dan berakar kuat dalam kebenaran Firman Tuhan.

Hubungan guru dengan peserta didik didalam proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Evi Ria dalam bukunya mengatakan jika guru belum menyatu atau belum bisa merasakan apa yang dirasakan oleh peserta didik, maka ada kemungkinan peserta didik akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran yang diberikan guru (2018:2). Apabila guru merasakan apa yang dirasakan oleh peserta didik, maka ketika peserta didik mengalami masalah, guru dapat dengan segera mengatasi masalah tersebut sehingga masalah tersebut tidak menjadi parah. Guru PAK harus bertumbuh dalam sikap kebapaan dan keibuan. Sebagaimana diteladankan oleh Rasul Paulus dalam pembinaan jemaat di Tesalonika. Sebagai ibu para guru memelihara dan merawat peserta didiknya. Sebagai bapa, mereka menasihatinya dengan bijak (1 Tes. 2:7, 11)

 

H.         Guru PAK yang Produktif

Dalam melaksanakan tugasnya, guru PAK harus menyadari bahwa tugas pengajaran, pembimbingan, serta pembinaan yang dilakukannya memiliki dimensi investasi bagi peserta didik di masa depan. Oleh karena itu guru PAK perlu mengelola kegiatan belajar bermakna dan berkualitas supaya menghasilkan peserta didik yang bermakna di masa depan. Menurut B.S. Sidjabat bahwa sebenarnya ketika guru mengajar dan membina peserta didik, ia sedang menanamkan harapan bagi peserta didiknya (2018:134). Untuk mencapai cita-cita mulia ini maka guru PAK perlu membuka dan mengembangkan diri, keluar dari zona nyaman dan mulai menghasilkan karya-karya kreatif yang membangun pendidikan ke arah yang lebih baik dan juga untuk kemuliaan Tuhan.

Guru PAK harus meng-upgrade diri dan menambah wawasannya agar tidak ketinggalan zaman. Kita harus proaktif dan menjadikan diri kita selalu antusias terhadap pekerjaan yang kita tekuni. David J. Schwartz mengatakan bahwa salah satu tips agar kita menjadi manusia yang produktif adalah berpikir besar dan berjiwa besar. Jika kita percaya sesuatu itu tidak mungkin, pikiran kita akan berkerja untuk membuktikan mengapa hal itu tidak mungkin. Akantetapi jika kita percaya, benar-benar percaya, sesuatu dapat dilakukan, maka pikiran kita akan membantu kita mencari jalan untuk melaksanakannya (2011:151). Pikiran adalah instrument paling halus dan peka diantara semua ciptaan. Pikiran adalah sesuatu yang mengagumkan. Jika pikiran kita bekerja pada satu arah yang jelas, maka pikiran dapat membawa kita melangkah maju menuju keberhasilan yang luar biasa.

Seorang guru yang telah mengajar bertahun-tahun, menjalankan pekerjaaannya hanya sebagai kewajiban karena telah menerima upah atau gaji, sangat mungkin terjebak dalam rutinitas saja. Salah satu rekan guru pernah mengatakan kepada penulis bahwa tugas beliau datang ke sekolah hanya untuk mengajar saja, setelah selesai mengajar lalu pulang. Tentu sangat memprihatinkan jika guru memiliki pemikiran sempit dan tidak produktif seperti ini. Jika gurunya saja sudah tidak produktif bagaimana mungkin mengharapkan pembelajaran yang berkualitas dari guru tersebut. Harapan besar dari setiap guru hendaknya adalah melalui pembelajaran yang disampaikan, diharapkan peserta didiknya akan mengalami keberhasilan di masa depan.

Guru yang tidak produktif sangat mungkin menjadi malas mengajar, tidak mampu menguasai kelas, mudah bosan, tidak ada kreatifitas, tidak ada inovasi, dan tidak ada kedekatan dengan peserta didik serta pembelajaran yang dilakukan hanya untuk menunaikan kewajiban saja. Memang menjadi guru produktif bukan terjadi secara otomatis. Guru perlu menyadari kelemahan dan keunggulannya, melatih diri mencoba sesuatu yang baru, memiliki visi dan tujuan yang jelas serta tidak malu untuk belajar dari keberhasilan orang lain.

Lingkungan sekolah tempat bekerja atau mengajar juga dapat mempengaruhi seseorang untuk menjadi seorang produktif. Sempit atau luasnya pemikiran kita, tujuan hidup, sikap dan kepribadian kita, sedikit tidaknya dipengaruhi oleh lingkungan kita. Tepat seperti yang dinyatakan dalam 1 Korintus 15:33 bahwa pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaaan yang baik. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk mengelola lingkungan tempatnya bekerja, agar lingkungan itu mendorong kita untuk bertindak produktif.

Jadilah pengambil inisiatif. Ketika melihat sesuatu yang anda percaya harus dilakukan, ambillah inisiatif untuk melakukannya. Jangan pasif dan menunggu, akantetapi jadilah seorang penggerak. Gagasan saja tidak akan memberikan keberhasilan tetapi gagasan itu akan menjadi nilai jika kita telah melakukannya. Gunakanlah tindakan untuk menghilangkan ketakutan dan untuk mendapatkan kepercayaan diri. Kerjakanlah apa yang anda takutkan maka ketakutan itupun akan menghilang. Guru yang produktif adalah guru yang mengubah kegagalan menjadi kemenangan. Kritiklah diri anda secara konstruktif, jangan melarikan diri dari kekurangan. Cari tahu kesalahan dan kelemahan diri sendiri, kemudian perbaiki. Orang yang menyalahkan diri sendiri ataupun orang lain akan gagal melihat peluang untuk bertumbuh lebih besar, lebih kuat dan lebih percaya diri.

Gunakanlah tujuan hidup untuk membantu kita bertumbuh atau produktif. Tujuan adalah sasaran dan cita-cita. Tujuan lebih daripada sekedar mimpi, tetapi tujuan adalah mimpi yang diwujudkan. Sebagai guru PAK yang produktif, kita perlu memvisualisasikan masa depan kita sebagai pendidik generasi emas. Tindakan sederhana yang dapat kita lakukan agar dapat menjadi guru yang produktif antara lain: tetapkan secara jelas arah hidup kita, tetapkan tujuan untuk mendapatkan energi besar, biarkan tujuan utama anda menjadi pedoman otomatis hidup anda, dan capailah tujuan anda selangkah demi selangkah.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Harefa, Harefa. (2000). Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: Kompas

Hoft, Irene. (2000). Anda Merasa Ditolak? Jakarta: Penerbit BPK Gunung Mulia

Nasution, S. (2003). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti.

Ria Evi. (2018). Guru Jiwa Remaja. Kalbar: Penerbit Putaka One.

Sidjabat, B.S. (2018). Pendidikan Kristen Konteks Sekolah. Bandung: Penerbit Kalam Hidup

__________  (2008). Membesarkan Anak Dengan Kreatif. Yogyakarta: Penerbit Andi

Schwartz, David J. (2011). Berpikir Besar dan Berjiwa Besar. Tangerang Selatang: Karisma

            Publishing Group.

Suryabarata, Sumadi. (2002) Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Suyatno., Sumedi A.S, Pudjo. (2009). Pengembangan Profesionalisme Guru: 70 Tahun Abdul

            Malik Fadjar. Jakarta: UHAMKA Pers

Tilaar, H.A.R. (2002). Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Thompson, Marjorie L. (2000). Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan. (trj.). Jakarta: Penerbit

            BPK Gunung Mulia.

W.Ligh, Ronald. (2002). Melayani Dengan Efektif. Jakarta: Penerbit BPK Gunung Mulia.

 

 

 

 

Dunita Silalahi

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

2 komentar:

  1. Puji Tuhan. Trs berkarya kak Dunita. Dari Eirene Araro

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Eirene.. Tuhan Yesus memberkatimu jg dek

      Hapus