MENJADI GURU PAK YANG HEBAT
A.
Pendahuluan
Salah
satu unsur penting dalam pendidikan maupun pembelajaran adalah guru. Guru yang
berkualitas akan membawa dampak bagi peningkatan kualitas peserta didiknya. Menjadi
seorang guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) merupakan suatu panggilan dan
karunia dari Tuhan ( 1 Korintus 12:28). Oleh karena itu sebagai guru PAK yang
telah meresponi panggilan Allah tersebut, hendaknya dapat hadir secara
berkualitas untuk membawa suatu perubahan dalam masyarakat, secara khusus dalam
dunia pendidikan. Dewasa ini banyak orang memandang dan menjalankan tugas
keguruan sebagai sebuah profesi. Hal ini sesuai dengan UU RI No.14 tahun 2005,
tentang “Guru dan Dosen” yang menegaskan bahwa guru merupakan sebuah profesi.
Dikemukakan bahwa “ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Bab I, Pasal 1,1). Dengan kompleksnya tugas guru maka guru PAK
juga harus terus membaharui diri agar dapat menjadi guru atau pendidik profesional,
bahkan menjadi guru yang hebat.
Menjadi
guru yang hebat, tidak terjadi secara instan, tetapi melalui banyak proses yang
dapat membuat guru PAK semakin tangguh dilapangan. Merumuskan pengertian guru
PAK yang hebat, bukanlah sesuatu yang mudah, sebab rumusan orang mengenai arti, fungsi, tujuan, serta
seluk beluk guru hebat, bergantung pada keyakinan atau asumsi dasar yang
dimiliki mengenai kehidupan. Tidak ada kategori khusus agar seseorang dapat
dikatakan menjadi guru yang hebat. Kata hebat itu sifatnya relatif. Jadi dalam
tulisan ini diberi batasan tentang guru PAK yang hebat tersebut adalah seorang
guru PAK yang inspiratif, kreatif, komunikatif, adaptif, inovatif, solutif, dan
produktif. Seperti apa guru yang inspiratif, kreatif, komunikatif, adaptif,
inovatif, solutif, dan produktif itu akan dipaparkan dalam pembahasan
selanjutnya.
B.
Guru PAK yang Inspiratif
Dalam
KBBI, kata inpirasi memiliki arti ilham. Berdasarkan arti kata tersebut, maka
guru PAK yang inspiratif dapat diartikan sebagai guru PAK yang mengilhami, atau
menginspirasi. Sebagaimana guru PAK yang telah dipanggil oleh Allah sebagai
pengajar ( 1 Korintus 12:28) dalam dunia pendidikan, maka setiap kita
terpanggil juga untuk melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.
Menjadi guru PAK bukan sekedar mengajar saja, tetapi lebih daripada itu seorang
guru PAK hendaknya dapat menginspirasi guru-guru lainnya untuk melakukan sesuatu
yang lebih baik demi kemajuan pendidikan. Menurut Andar Ismail bahwa seorang
guru dalam melakukan pekerjaannya, hendaknya bukan semata-mata karena gaji
saja, melainkan karena kita mengaku luhurnya perbuatan mendidik (1997:58).
B.S.Sidjabat juga berpendapat bahwa menjadi guru itu bukan hanya sebagai
pekerjaan yang menopang kehidupan tetapi sebagai panggilan jiwa maupun batin
(2018:72). Oleh karena itu maka menjadi guru PAK hendaknya dilakukan dengan
sepenuh hati sehingga dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
Seorang guru PAK yang
inspiratif hendaknya dapat menginspirasi peserta didiknya. Guru harus dapat mencuri perhatian peserta
didik dan menjadi seorang yang sangat istimewa bagi setiap peserta didik. Guru
memang harus menjadi orang yang spesial, namun lebih baik lagi jika ia menjadi
spesial bagi semua peserta didiknya. Sangat penting bagi guru untuk menularkan
kepintaran dan kedewasaannya bagi peserta didiknya. Sebab guru adalah mediator
bagi lahirnya anak-anak cerdas di masa mendatang. Untuk membangun bangsa ini
diperlukan guru-guru yang hebat untuk membentuk para peserta didik hebat dan
untuk memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Kehadiran guru sangat diperlukan menjadi wadah bagi transmisi nilai-nilai luhur
dan akhlak mulia.
Yesus sebagai Guru
Agung berhasil menginpirasi murid-muridnya sehingga mereka menjadi pengajar-pengajar
yang luar biasa dan memuridkan banyak orang (Kisah Para Rasul 2:41-42). Yesus
dengan lembut mengatakan kepada muri-muridnya agar mereka belajar kepada Yesus
yang lemah lembut, dan rendah hati, sehingga jiwa murid-murid akan mendapat
ketenangan (Matius 11:29). Sikap, tindakan, dan perkataan Yesus sangat menginspirasi
murid-muridnya sehingga mereka menjadi pengajar-pengajar hebat bagi jemaat, dan
bagi orang banyak yang mendengarnya (Kisah Para Rasul 2:14, 4:1-13).
C.
Guru PAK yang Kreatif
Kata
kreatif berarti memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan. Guru
yang kreatif adalah guru yang mampu memunculkan ide-ide dan mampu menerapkan
ide-ide tersebut dalam pembelajaran. Guru PAK kreatif adalah guru yang mampu
memandang sesuatu sebagai suatu peluang untuk berkarya, sehingga dia akan mampu
bertahan dalam keadaan apapun. Guru PAK yang kreatif itu hidupnya akan dinamis
karena selalu mengikuti perkembangan yang ada, tidak pernah kehabisan ide,
tetapi selalu memiliki ide-ide yang terbarukan.
Allah
pencipta alam semesta adalah Allah yang Maha Kreatif (Kejadian1:31; Mazmur107:31).
Allah menciptakan alam semesta dengan begitu indah, secara khusus manusia yang
dibentuk langsung oleh tangan-Nya (Kejadian 1:26-27). Karya dan kreatifitas
Allah begitu sempurna. Kitab-kitab Injil
juga banyak menjabarkan bagaimana kreatifitas Yesus ketika mengajar.
Kadang-kadang Yesus mengajar murid-muridnya di tepi danau (Matius 5:21); di
bukit (Matius 15:29); di tempat ibadat (Matius 4:23); di rumah (Matius 9:10);
di perahu (Markus 6:51); di sumur (Yohanes 4:1-42); di kolam (Yohanes 5: 1-18);
bahkan di kuburan (Yohanes 11: 1-44). Selain tempat-tempat belajarnya yang bervariasi, media pembelajaran yang
digunakan Yesus juga sangat beranekaragam. Beberapa alat peraga yang pernah
digunakan Yesus antara lain: ikan (Yohanes 21:4-13); roti dan anggur (Lukas
22:17-20); uang (Matius 22:19-21); keledai (Lukas 19:29-44); dan diri-Nya
sendiri (Yohanes 21: 24-28). Metode yang digunakan Yesus juga sangat dinamis,
tidak monoton pada satu cara. Beberapa metode yang digunakan Yesus dalam
mengajar yaitu: ceramah (Matius 5:1-12); demonstrasi (Yohanes 6:-15); tanya
jawab (Matius 22:15-22); dan memakai perumpaman (Lukas 15:1-7). Hal- hal yang
disebutkan diatas merupakan contoh nyata yang dapat diterapkan oleh guru PAK,
sehingga pembelajaran Pendidikan Agama Kristen menjadi menarik, dan sesuatu
yang sangat dinanti-nantikan oleh setiap peserta didik.
Keterampilan
lain yang perlu dikuasai oleh guru PAK agar menjadi seorang guru PAK yang
kreatif adalah mampu mengelola kelas dengan baik. Kemampuan mengelola kelas ini
sangat berpengaruh terhadap minat peserta didik dalam belajar. Yesus sang Guru
Agung merupakan contoh guru yang memiliki kemampuan mengelola kelas dengan
baik. Yesus mampu mengajar lima ribu orang di ruangan terbuka tanpa bantuan
pengeras suara, dan semua orang dapat mendengarkan dengan baik (Matius 14:13-20).
Guru PAK hendaknya mampu mengelola dan menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan, dimana setiap peserta didik merasakan pembelajaran menjadi
sesuatu yang istimewa setiap harinya.
David
J. Schwartz menyarankan beberapa hal yang dapat membantu seseorang
mengembangkan kekuatan kreatifitasnya, yaitu dengan cara menghapus kata tidak
mungkin, baik dari pikiran maupun dari kosakata pembicaraan kita, sebab tidak
mungkin adalah kata kegagalan. Cara lainnya adalah memikirkan sesuatu yang
istimewa yang selama ini ingin kita lakukan, tetapi kita merasa kita tidak
dapat melakukannya (21011:153). Banyak orang mengalahkan dan menaklukkan keinginan,
hanya karena sibuk berkonsentrasi pada mengapa ia tidak dapat melakukannya,
padahal seharusnya yang menjadi fokus kita adalah mengapa kita dapat atau
mampu. Kita tidak perlu membatasi kuasa Allah bekerja dalam kehidupan kita,
dengan cara membentengi diri kita dengan pikiran-pikiran yang memenjarakan kita
dalam ketidakmampuan. Kita perlu membebaskan diri kita dari pikiran yang
melemahkan sehingga kreatifitas kita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kreatifitas itu akan muncul ketika kita mulai mencoba sesuatu dengan tidak
perlu takut akan mengalami kegagalan. Pada umumnya rasa aman dan percaya diri
membangkitkan kreatifitas di dalam kehidupan. Orang yang percaya diri, biasanya
tidak takut berbeda, mandiri dalam berpendapat, serta penuh inisiatif dan
imajinasi dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
D.
Guru PAK yang Komunikatif
Senjata
utama seorang guru dalam melaksanakan tugasnya adalah mampu berkomunikasi.
Sehebat apapun ilmu yang dimilikinya, tetapi jika tidak mempunyai keterampilan
untuk mengkomunikasikannya maka, ilmu itu
hanya tinggal sebagai ilmu pengetahuan dalam dirinya sendiri saja. Dalam
UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa setiap guru
wajib memiliki kualifikasi dalam banyak bidang, termasuk: “kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan Nasional” (Bab IV, Pasal 8).
Terkait dengan kompetensi ini, setiap guru wajib mengembangkan dirinya dalam
segi-segi berikut: “kompetensi akademik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi profesional” (Bab IV, Pasal 10). Oleh karena itu menurut
Kunandar bahwa guru selain harus kompeten dalam akademik, guru juga harus
kompeten secara sosial, yaitu mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta
didiknya, sesama guru, orang tua dan juga dengan masyarakat (2007:72-79).
Alkitab
juga mengajarkan pentingnya menjaga komunikasi atau perkataan. Rasul Paulus
dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, mengatakan agar mereka memakai perkataan
yang membangun, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia (Efesus
4:29). Sebuah komunikasi yang dibangun dengan baik dapat menghasilkan berkat
bagi orang lain, diantaranya terbentuknya suatu hubungan yang baik, ikatan
batin yang kuat dan saling memberkati satu dengan lain. Oleh karena itu setiap
guru PAK harus mengawasi perkataannya, sehingga orang lain yang mendengarnya
baik itu peserta didik, rekan guru, orang tua maupun masyarakat akan melihat
bahwa guru tersebut seorang yang bijak dalam perkataan.
Sangat
penting bagi guru PAK untuk belajar berkomunikasi dengan peserta didik ataupun
dengan orang lain, dengan tidak menghakimi sehingga tidak menimbulkan luka
batin di hati mereka. Sebagaimana dalam Efesus 6:4 dinyatakan agar bapa-bapa
jangan membangkitkan amarah di hati anak-anaknya. Meskipun ini ditujukan secara
khusus kepada bapa-bapa, tetapi jika melihat pada ayat sebelumnya bahwa
anak-anak diperintahkan agar menaati orang tua didalam Tuhan, berarti termasuk
juga guru didalamnya. Artinya jika anak diperintahkan agar menaati orangtua,
maka orangtua atau gurupun harus menjaga perkaataan ataupun komunikasinya agar
tidak membangkitkan amarah di hati anak-anak atau peserta didiknya.
Ronald
W. Leigh mengatakan bahwa peserta didik harus tahu bahwa kita suka mengajar,
dan bahwa salah satu hal yang terbaik tentang mengajar ialah bahwa kita bisa
bersama peserta didik dan berbicara dengan mereka (2002:147). Dalam setiap
pembelajaran hendaknya dapat dilakukan dengan dialogis, bukan berjalan searah.
Yesus memberikan contoh yang sangat baik dalam seluruh pelayanan pengajaran
yang Ia lakukan, Ia selalu melibatkan para pengikutnya dalam proses belajar.
Meskipun kadang-kadang Yesus berceramah, tetapi Ia sering bertanya dan
berdiskusi dengan para pendengar-Nya (Matius 5:2; 19:16-26).
Kesalahan
yang seringkali terjadi dalam pengajaran adalah bahwa guru beranggapan bahwa pengajaran
sebagai proses penyampian materi pelajaran saja. Sudah tentu mereka sadar akan
kehadiran murid, tetapi mereka merasa bahwa yang penting adalah isi dan
penyajian yang teratur. Karenanya mereka memberikan sedikit pertimbangan, atau
tidak sama sekali, terhadap kosakata, usia, kebutuhan dan latar belakang
peserta didik. Hasilnya, guru memiliki isi yang berarti untuk dibagikan, tetapi
tidak pernah berarti bagi peserta didiknya. Jadi guru perlu memiliki pandangan
yang seimbang mengenai pentingnya mengakui kehadiran dan komunikasi dengan
peserta didik, dan juga pentingnya materi pembelajaran yang harus disampaikan
kepada mereka.
E.
Guru PAK yang Adaptif
Salah
satu pengajaran Yesus di bukit kepada murid-mudid-Nya yang sangat terkenal
sampai sekarang adalah tentang ajaran menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:
13-16). Makna menjadi garam dan terang dunia itu adalah dapat memberikan
sesuatu yang baik bagi dunia. Terkait dengan guru PAK sebagi agen Allah dalam
melaksanakan mandat-Nya di dunia, maka guru PAK hendaknya hadir membawa dampak
yang baik di tengah-tengah masyarakat. Belajar dari keteladanan Yesus tersebut,
maka guru PAK perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia mengajar, dengan
tetap menjaga citra Allah dalam hidupnya. Guru PAK harus mampu membawa diri
dalam segala keadaan dengan tetap menjaga diri untuk tidak terbawa arus
keadaan.
Hal
ini menjadi penting karena menjadi guru PAK bukan hanya sekedar guru biasa saja,
tetapi juga sebagai pemberita kabar baik dari Allah kepada peserta didik dan
kepada warga sekolah lainnya. Sejalan dengan hal itu maka guru PAK juga perlu
menjaga spiritualnya. B.S. Sidjabat mengatakan bahwa bobot dan jenis
spritualitas seorang guru, akan terlihat dalam caranya menyapa dan
memperlakukan peserta didiknya; sikapnya terhadap pengetahuan dan kurikulum
yang dipergunakan; performanya ketika melakukan kegiatan pembelajaran; caranya
menghadapai kesulitan; relasi dengan atasan, bawahan ataupun dengan rekan-rekan
kerja (2018:33).
Karakteristik peserta didik yang kita bina terdiri
dari berbagai macam perbedaan baik itu usia, jenis kelamin, karakter, latar
belakang ekonomi, latar belakang keluarga, adat budaya, bahkan juga kebiasaan
yang berbeda-beda. Oleh karena itu guru PAK perlu menyesuaikan diri dengan
segala perbedaan yang dimiliki oleh setiap siswa, sehingga pembelajaran yang
diberikan dapat menyentuh kebutuhan mereka. Tidak sedikit siswa yang menjadi
tidak bersemangat belajar, memberontak, bahkan mogok dalam kegiatan belajar
karena dibimbing oleh guru yang tidak bisa menyesuaikan pembelajaran yang
diberikan dengan karakteristik peserta didiknya. Pengalaman penulis mengajar di
SMP Negeri 2 Sekadau Hulu dengan mayoritas siswa berasal dari suku Dayak dan
Melayu, maka sebagai guru yang berbeda suku mau tidak mau penulis harus
menyesuaikan diri dengan adat, budaya, serta kebiasaan mereka. Penulis harus
mendalami kehidupan mereka sehingga sikap, perbuatan, dan perkataan penulis
tidak menjadi batu sandungan bagi mereka.
F.
Guru PAK yang Inovatif
Seorang
inovator adalah orang yang berhasil mengambil peluang-peluang untuk mewujudkan
gagasan-gagasan yang ada dan secara realita dapat dikembangkan. Perkembangan
zaman ini melaju dengan sangat cepat, itu sebabnya setiap orang tidak
terkecuali guru PAK hendaknya memperbaharui diri, sehingga tidak terlindas oleh
kemajuan teknologi. Guru PAK harus hadir dengan terobosan baru, dengan
inovasi-inovasi yang mengikuti perkembangan dunia pendidikan. Guru PAK harus menjadi
guru yang profesional bukan amatiran. Prof.Tilaar mengemukakan bahwa pengertian
profesional bertolak belakang dengan konsep amatiran. Beliau mengatakan bahwa
seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi,
bukan amatiran. Dapat saja hasil karya seorang amatir tinggi mutunya, tetapi seorang
professional akan terus menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui
pendidikan dan pelatihan (2002:86).
Lebih
jauh Andreas Harefa mengatakan bahwa seorang guru hendaknya menjadi manusia
pembelajar demi pembelajaran yang berkualitas bersama dengan peserta didiknya
(Kompas: 2000). Sangat penting bagi guru PAK untuk mengembangkan ilmu dan
keterampilannya sehingga ilmu pengetahuan yang diberikan kepada peserta didik
tidak ketinggalan zaman, tetapi dapat memenuhi perkembangan terkini sesuai
dengan perkembangan yang dialami oleh peserta didiknya.
Prof.
Nasution mengatakan bahwa inovasi tidak selalu berupa penemuan sesuatu yang
baru, tetapi bisa juga pemanfaatan atau pengembangan suatu konsep yang sudah
ada atau memandang sesuatu dari segi yang lain daripada yang biasa (2003:156). Tidak
sedikit guru yang masih bertahan dengan metode mengajar yang masih
konvensional, yaitu berceramah. Meskipun mudah untuk dilakukan, tetapi metode
ceramah akan membuat guru mudah lelah dan siswa juga mudah bosan, karena
pembelajaran monoton. Guru PAK perlu melakukan suatu pembaharuan atau inovasi
sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik. Inovasi yang dapat dilakukan
antara lain, menerapkan berbagai metode pembelajaran, membuat alat peraga, dan
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, dan lain sebagainya.
Setiap
inovasi yang dilakukan guru tentu memerlukan usaha, pikiran, waktu dan mungkin
juga biaya yang banyak. Akantetapi ada kepuasan tersendiri bagi guru jika ia
telah melakukan suatu inovasi pembelajaran. Pembelajaran menjadi lebih menarik
dan dinamis. Kenyataan yang terjadi saat ini, penulis melihat masih banyak
guru-guru yang cenderung tertutup terhadap inovasi bahkan menentangnya,
meskipun memang sudah cukup banyak juga guru yang lebih terbuka dan bersedia
untuk menerapkan suatu inovasi. Prof. Nasution memaparkan beberapa penyebab
guru tidak menerima suatu inovasi dalam pembelajaran yaitu: adanya keinginan
untuk mempertahankan keseimbangan dan status quo; kebiasaan yang sulit diubah;
merasa aman mengikuti banyak orang; dan adanya rasa tidak percaya diri dengan
kemampuan sendiri, takut gagal serta tidak berani mengambil resiko (2003:164)
G.
Guru PAK yang Solutif
Yesus
sebagai guru banyak menolong orang susah. Sebagai contoh Yesus menolong sebuah
keluarga di kota Kana yang sedang mengadakan pesta. Pada waktu pesta masih
berlangsung mereka kehabisan anggur padahal tamu-tamu masih banyak (Yohanes
2:1-11). Yesus memberikan pertolongan dengan memberikan anggur berkualitas
sehingga keluarga tersebut tidak jadi malu. Yesus hadir memberikan solusi tepat
pada waktunya, tanpa menghakimi pelayan yang tidak bijak dalam mempersiapkan
minuman anggur sebelum dan saat pesta berlangsung. Hal ini menjadi teladan bagi
guru PAK untuk hadir menjadi seorang yang memberikan solusi saat ada masalah di
sekolah, dalam kehidupan peserta didik atapun dalam kehidupan guru-guru lain
yang membutuhkan pertolongan.
Seorang
guru bisa saja tidak disenangi oleh peserta didiknya, dan mereka menilai guru tersebut
sangat membosankan. Ini pernah terjadi di sekolah tempat penulis mengajar yaitu di SMP Negeri 2
Sekadau Hulu. Salah seorang peserta didik dengan berani menolak guru yang datang
untuk mengajar pada jam pelajaran hari itu. Guru itu akhirnya mengatakan bahwa
beliau tidak akan mengajar mereka lagi, dan beliau langsung meninggalkan kelas
dan kembali ke kantor guru. Peserta didik yang menolak guru tersebut, kemudian
menyadari kesalahannya dan datang minta maaf kepada guru itu dan berlutut di
kaki guru tersebut. Akantetapi guru tersebut segera menyuruh peserta didik itu
kembali kelas, tanpa menjelaskan sesuatu hal. Sebagai sesama rekan guru,
penulis memberikan nasihat kepada guru tersebut, bahwa saat anak itu minta maaf,
itulah kesempatan emas bagi kita sebagai guru untuk memberikan bimbingan dan
teguran, agar mereka lebih baik kedepannya. Penulis mencoba memberikan solusi
agar guru tersebut mengalami pemulihan batin terlebih dahulu, sehingga mampu
menghadapi peserta didik yang terkadang secara sengaja menggangu emosi guru.
Alkitab mengajarkan bahwa hidup
merupakan sebuah panggilan dari Allah untuk banyak dimensi. Tugas
menjadi guru PAK bukan hanya sekedar profesi saja tetapi juga sebagai suatu
panggilan dari Allah (Sidjabat,
2018:68). Allah memanggil Guru PAK sebagai rekan sekerja-Nya untuk
melakukan pekerjaan yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya (Efesus 2:10).
Karena itu dengan memahami bahwa menjadi guru PAK itu merupakan sebuah
panggilan, maka guru PAK hendaknya memenuhi panggilan Allah, untuk hadir
menjawab kebutuhan peserta didik maupun rekan-rekan kerja yang membutuhkan
pertolongan. Peserta didik yang kita didik adalah pribadi-pribadi yang
membutuhkan pertolongan ditengah-tengah kompleksnya masalah kehidupan. Oleh
karena itu, guru PAK hendaknya hadir membawa peserta didiknya untuk mengenal
Yesus secara pribadi, sehingga pembelajaran PAK yang diberikan dapat menyentuh
bukan hanya dimensi kognitifnya saja tetapi juga dimensi spritualnya.
Perkembangan
zaman saat ini sangat mempengaruhi kehidupan peserta didik, oleh karena itu
guru PAK memiliki tanggung jawab untuk mendampingi peserta didik agar mereka
mampu memahami dirinya sendiri, prolema yang dihadapinya, serta mampu melihat
jalan keluar dari setiap permasalahannya. Berdasarkan pengalaman penulis
mengajar PAK di SMP Negeri 2 Sekadau Hulu selama sebelas tahun, peserta didik
sangat berani terbuka dengan penulis mengenai kehidupan pribadi dan
keluarganya. Mereka sering “curhat” dan menanyakan jalan keluar masalah mereka.
Uniknya, “curhat” ini terjadi bukan hanya pada saat mereka bersekolah di SMP
Negeri 2 Sekadau Hulu saja, tetapi setelah mereka luluspun, mereka masih sering
menghubungi penulis untuk meminta bantuan atas berbagai masalah yang mereka
hadapi sebagai anak-anak muda. Hal ini merupakan peluang bagi penulis untuk
memberikan solusi yang alkitabiah kepada mereka, sehingga mereka dapat
menemukan jalan keluar yang terbaik di dalam Tuhan Yesus, serta iman mereka juga
bertumbuh dan berakar kuat dalam kebenaran Firman Tuhan.
Hubungan
guru dengan peserta didik didalam proses pembelajaran merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Evi Ria dalam bukunya
mengatakan jika guru belum menyatu atau belum bisa merasakan apa yang dirasakan
oleh peserta didik, maka ada kemungkinan peserta didik akan mengalami kesulitan
dalam memahami pelajaran yang diberikan guru (2018:2). Apabila guru merasakan
apa yang dirasakan oleh peserta didik, maka ketika peserta didik mengalami
masalah, guru dapat dengan segera mengatasi masalah tersebut sehingga masalah
tersebut tidak menjadi parah. Guru PAK harus bertumbuh dalam sikap kebapaan dan
keibuan. Sebagaimana diteladankan oleh Rasul Paulus dalam pembinaan jemaat di
Tesalonika. Sebagai ibu para guru memelihara dan merawat peserta didiknya.
Sebagai bapa, mereka menasihatinya dengan bijak (1 Tes. 2:7, 11)
H.
Guru PAK yang Produktif
Dalam
melaksanakan tugasnya, guru PAK harus menyadari bahwa tugas pengajaran,
pembimbingan, serta pembinaan yang dilakukannya memiliki dimensi investasi bagi
peserta didik di masa depan. Oleh karena itu guru PAK perlu mengelola kegiatan
belajar bermakna dan berkualitas supaya menghasilkan peserta didik yang
bermakna di masa depan. Menurut B.S. Sidjabat bahwa sebenarnya ketika guru
mengajar dan membina peserta didik, ia sedang menanamkan harapan bagi peserta
didiknya (2018:134). Untuk mencapai cita-cita mulia ini maka guru PAK perlu
membuka dan mengembangkan diri, keluar dari zona nyaman dan mulai menghasilkan
karya-karya kreatif yang membangun pendidikan ke arah yang lebih baik dan juga
untuk kemuliaan Tuhan.
Guru
PAK harus meng-upgrade diri dan
menambah wawasannya agar tidak ketinggalan zaman. Kita harus proaktif dan
menjadikan diri kita selalu antusias terhadap pekerjaan yang kita tekuni. David
J. Schwartz mengatakan bahwa salah satu tips agar kita menjadi manusia yang
produktif adalah berpikir besar dan berjiwa besar. Jika kita percaya sesuatu
itu tidak mungkin, pikiran kita akan berkerja untuk membuktikan mengapa hal itu
tidak mungkin. Akantetapi jika kita percaya, benar-benar percaya, sesuatu dapat
dilakukan, maka pikiran kita akan membantu kita mencari jalan untuk
melaksanakannya (2011:151). Pikiran adalah instrument paling halus dan peka
diantara semua ciptaan. Pikiran adalah sesuatu yang mengagumkan. Jika pikiran
kita bekerja pada satu arah yang jelas, maka pikiran dapat membawa kita
melangkah maju menuju keberhasilan yang luar biasa.
Seorang
guru yang telah mengajar bertahun-tahun, menjalankan pekerjaaannya hanya
sebagai kewajiban karena telah menerima upah atau gaji, sangat mungkin terjebak
dalam rutinitas saja. Salah satu rekan guru pernah mengatakan kepada penulis
bahwa tugas beliau datang ke sekolah hanya untuk mengajar saja, setelah selesai
mengajar lalu pulang. Tentu sangat memprihatinkan jika guru memiliki pemikiran
sempit dan tidak produktif seperti ini. Jika gurunya saja sudah tidak produktif
bagaimana mungkin mengharapkan pembelajaran yang berkualitas dari guru
tersebut. Harapan besar dari setiap guru hendaknya adalah melalui pembelajaran
yang disampaikan, diharapkan peserta didiknya akan mengalami keberhasilan di
masa depan.
Guru
yang tidak produktif sangat mungkin menjadi malas mengajar, tidak mampu
menguasai kelas, mudah bosan, tidak ada kreatifitas, tidak ada inovasi, dan
tidak ada kedekatan dengan peserta didik serta pembelajaran yang dilakukan
hanya untuk menunaikan kewajiban saja. Memang menjadi guru produktif bukan
terjadi secara otomatis. Guru perlu menyadari kelemahan dan keunggulannya,
melatih diri mencoba sesuatu yang baru, memiliki visi dan tujuan yang jelas
serta tidak malu untuk belajar dari keberhasilan orang lain.
Lingkungan
sekolah tempat bekerja atau mengajar juga dapat mempengaruhi seseorang untuk
menjadi seorang produktif. Sempit atau luasnya pemikiran kita, tujuan hidup,
sikap dan kepribadian kita, sedikit tidaknya dipengaruhi oleh lingkungan kita.
Tepat seperti yang dinyatakan dalam 1 Korintus 15:33 bahwa pergaulan yang buruk
merusakkan kebiasaaan yang baik. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk
mengelola lingkungan tempatnya bekerja, agar lingkungan itu mendorong kita untuk
bertindak produktif.
Jadilah
pengambil inisiatif. Ketika melihat sesuatu yang anda percaya harus dilakukan,
ambillah inisiatif untuk melakukannya. Jangan pasif dan menunggu, akantetapi
jadilah seorang penggerak. Gagasan saja tidak akan memberikan keberhasilan
tetapi gagasan itu akan menjadi nilai jika kita telah melakukannya. Gunakanlah tindakan
untuk menghilangkan ketakutan dan untuk mendapatkan kepercayaan diri. Kerjakanlah
apa yang anda takutkan maka ketakutan itupun akan menghilang. Guru yang
produktif adalah guru yang mengubah kegagalan menjadi kemenangan. Kritiklah
diri anda secara konstruktif, jangan melarikan diri dari kekurangan. Cari tahu
kesalahan dan kelemahan diri sendiri, kemudian perbaiki. Orang yang menyalahkan
diri sendiri ataupun orang lain akan gagal melihat peluang untuk bertumbuh
lebih besar, lebih kuat dan lebih percaya diri.
Gunakanlah
tujuan hidup untuk membantu kita bertumbuh atau produktif. Tujuan adalah
sasaran dan cita-cita. Tujuan lebih daripada sekedar mimpi, tetapi tujuan
adalah mimpi yang diwujudkan. Sebagai guru PAK yang produktif, kita perlu
memvisualisasikan masa depan kita sebagai pendidik generasi emas. Tindakan
sederhana yang dapat kita lakukan agar dapat menjadi guru yang produktif antara
lain: tetapkan secara jelas arah hidup kita, tetapkan tujuan untuk mendapatkan
energi besar, biarkan tujuan utama anda menjadi pedoman otomatis hidup anda,
dan capailah tujuan anda selangkah demi selangkah.
DAFTAR
PUSTAKA
Harefa, Harefa.
(2000). Menjadi Manusia Pembelajar.
Jakarta: Kompas
Hoft, Irene.
(2000). Anda Merasa Ditolak? Jakarta:
Penerbit BPK Gunung Mulia
Nasution, S.
(2003). Pengembangan Kurikulum.
Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti.
Ria Evi. (2018).
Guru Jiwa Remaja. Kalbar: Penerbit
Putaka One.
Sidjabat, B.S. (2018).
Pendidikan Kristen Konteks Sekolah.
Bandung: Penerbit Kalam Hidup
__________ (2008). Membesarkan
Anak Dengan Kreatif. Yogyakarta: Penerbit Andi
Schwartz, David
J. (2011). Berpikir Besar dan Berjiwa
Besar. Tangerang Selatang: Karisma
Publishing Group.
Suryabarata,
Sumadi. (2002) Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Suyatno., Sumedi
A.S, Pudjo. (2009). Pengembangan
Profesionalisme Guru: 70 Tahun Abdul
Malik Fadjar.
Jakarta: UHAMKA Pers
Tilaar, H.A.R.
(2002). Membenahi Pendidikan Nasional.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Thompson,
Marjorie L. (2000). Keluarga Sebagai
Pusat Pembentukan. (trj.). Jakarta: Penerbit
BPK Gunung Mulia.
W.Ligh, Ronald.
(2002). Melayani Dengan Efektif.
Jakarta: Penerbit BPK Gunung Mulia.
Puji Tuhan. Trs berkarya kak Dunita. Dari Eirene Araro
BalasHapusMakasih Eirene.. Tuhan Yesus memberkatimu jg dek
Hapus