MENINGKATKAN KEBERANIAN BERTANYA DAN MENJAWAB DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA MATERI MERINDUKAN KESELAMATAN DI KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2020/2021 SMPN 2 SEKADAU HULU
Dunita Silalahi
SMP Negeri 2 Sekadau Hulu
email : dunitasmpn2skdhulu@gmail.com
Meningkatkan keberanian bertanya
dan menjawab dalam Pendidikan Agama Kristen dengan metode role
playing pada materi merindukan keselamatan di kelas VII SMPN 2 Sekadau Hulu,
dilakukan setelah didapati bahwa keberanian siswa bertanya hanya 9,09 % dan
menjawab 18,1%. Kegiatan pembelajaran juga masih monoton dan kurang
menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode
role playing dapat meningkatkan keberanian bertanya dan menjawab dalam Pendidikan Agama Kristen pada materi merindukan keselamatan di kelas VII SMPN
2 Sekadau Hulu. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam 2 siklus
dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas VII SMPN 2 Sekadau Hulu yang
berjumlah 11 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi
langsung dalam pembelajaran dengan alat pengumpulan data menggunakan lembar
observasi dan panduan angket. Data tersebut dianalis dan direfleksikan. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan keberanian siswa bertanya dan
menjawab. Pada siklus 1 keberanian siswa bertanya dan menjawab 45,4 % dan
mengalami peningkatan pada siklus 2 dengan keberanian siswa bertanya 90,9 % dan
menjawab 72,7 %. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar juga meningkat
dan suasana pembelajaran semakin menyenangkan. Hal ini dapat terlihat dari
hasil survei angket pada siklus pertama 72,7 % siswa menjawab sangat setuju
bahwa pembelajaran dengan metode role playing sangat menarik dan menyenangkan
dan pada siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 81,8 %.
Kata Kunci: Role Playing, Meningkatkan Keberanian Bertanya dan Menjawab.
Abstract
Efforts to improve the courage to ask and answer in
Christian Religious Education
with methods play a role in class VII SMPN 2 Sekadau Hulu, performed after it
was found that courage is only 9.09 % of students asked and answered 18.1%.
Learning activities are still monotonous and less fun. This study aims to
determine whether the application of the method can improve the courage to play
the role of students to ask and answer in learning Christianity in class VII
SMPN 2 Sekadau Hulu. Class Action Research (PTK) conducted in two cycles with
research subjects are students of class VII SMPN 2 Sekadau Hulu a total of 11
people. Data collection techniques used are direct observation in learning the
tools of data collection using observation sheet and questionnaire guide. The
data is analyzed and reflected. The results showed an increase of courage
students to ask and answer. In cycle 1 students ask and answer courage 45.4% and
an increase in cycle 2 with courage the students ask 90.9% and answer 72.7%. Aktivity of students in
learning activities has also increased and more enjoyable learning atmosphere.
It can be seen from the results of a questionnaire survey on the first cycle
students 72.7% answered strongly agree that learning the methods of playing the
role of a very interesting and fun, and in the second cycle increased to
81.8%.
Pendahuluan
Pembelajaran agama diharapkan mampu menambah wawasan keagamaan, mengasah keterampilan beragama dan mewujudkan sikap beragama peserta didik yang utuh dan berimbang yang mencakup hubungan manusia dengan Penciptanya, sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya. Untuk itu, pendidikan agama perlu diberi penekanan khusus terkait dengan penanaman karakter dalam pembentukan budi pekerti yang luhur. Karakter yang ingin kita tanamkan antara lain: keberanian, kejujuran, kedisiplinan, cinta kebersihan, kasih sayang, semangat berbagi, optimisme, cinta tanah air, kepenasaran intelektual, dan kreativitas.
Menurut Sidjabat ( 2008:3) pengajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang diberikan disekolah tidak banyak menekankan ajaran mengenai dogma. Tetapi fokusnya adalah pengajaran nilai hidup, cara menyatakan iman dalam aktivitas keseharian. Anak yang mempelajari agama Kristen tidak cukup hanya mengetahui apa yang dipelajari tetapi harus bertumbuh dalam kompetensi (kemampuan) lainnya termasuk memiliki sikap hidup positif, terampil, berani dan bertumbuh dalam nilai -nilai hidup kemandirian. Menurut Arden N. Frandsen (Suryabrata, 2002:230) bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas dan adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Itulah sebabnya keberanian untuk bertanya dan menjawab pertanyaan menjadi suatu hal yang sangat penting agar siswa mengalami pengalaman belajar untuk selalu ingin tahu dan ingin maju.
Keberanian bertanya dan menjawab di kelas VII SMPN 2 Sekadau Hulu belum menunjukkan perkembangan. Dari 11 (sebelas ) jumlah siswa yang terdiri dari 8 (delapan) orang perempuan dan 3 (tiga) orang laki, hanya 1 (satu) orang siswa yang pernah mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran sedangkan siswa lainnya memilih untuk diam meskipun belum memahami materi pelajaran, dan hanya 2 (dua) orang siswa yang mau menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Dari observasi awal, siswa tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan karena malu, takut ditertawain temannya dan juga faktor kebahasaan. Selain itu konsep yang ditawarkan dalam proses belajar mengajar masih tradisional sehingga suasana pembelajaran monoton dan tidak menyenangkan, hal ini berdampak pada motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
Atas dasar itulah penulis mengembangkan metode role play dalam pembelajaran di kelas. Bermain peran disini diskenariokan, dikemas sedemikian rupa secara baik dan terencana. Dengan metode bermain peran dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen ini diharapkan siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar, terutama dalam aspek keberanian sebagai bekal dalam berkomunikasi secara lisan. Salah satu penekanan penting pada metode bermain peran adalah keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Bertolak dari permasalahan diatas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) di kelas VII SMPN 2 Sekadau Hulu dengan menggunakan metode role playing.
KAJIAN PUSTAKA
Keberanian
Secara psikologis keberanian itu sendiri dapat tumbuh dalam diri seseorang pada saat ia mendapatkan rasa aman, bebas dari rasa kekuatiran. Menurut Abraham Maslow (Suryabrata, 2002) rasa aman merupakan kebutuhan penting dalam hidup manusia. Jika seseorang merasa aman dan diterima dalam lingkungan atau komunitas belajar maka keberanian itu akan muncul dengan sendirinya dalam diri orang tersebut. Menurut Gunarsa, (1999:12-13) masalah tidak percaya diri/tidak berani dapat menjadi suatu penghalang bagi remaja (siswa SMP) untuk mengaktualisasi dirinya. Pada umumnya remaja akan mengalami kesulitan pada masalah tidak percaya diri ini selama masa sekolah lanjutan pertama. Merasa fisiknya kurang menarik, tidak memiliki kemampuan sebanyak orang lain sehingga ia menjadi takut untuk mencoba berinteraksi dalam kelas baik itu untuk bertanya dan menjawab selama proses pembelajaran. Rasa takut, rasa tak aman, rasa kurang percaya kemampuan dan rasa kuatir akan kegagalan membuat seseorang tidak berani mengambil resiko untuk melakukan sesuatu (Nasution, 2003).
Dari beberapa pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa keberanian adalah rasa percaya diri dalam yang tumbuh
dalam diri seseorang yang dapat membantu dalam menghadapi berbagai kesulitan.
Seseorang yang berani/percaya diri tidak akan takut untuk mencoba melakukan
sesuatu yang baru, tidak malu jika gagal dan selalu ingin tahu dan ingin maju.
Keberanian ini menjadi sangat penting dalam proses belajar mengajar karena jika
seseorang tidak berani maka akan banyak kesempatan-kesempatan belajar yang
bermanfaat yang akan terlewatkan dengan sia-sia.
Bertanya
dan Menjawab
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertanya diartikan sebagai meminta keterangan/ penjelasan atau meminta supaya diberitahu tentang sesuatu yang belum diketahui secara benar dan mendalam (KBBI, 1995:1628). Seseorang yang mengajukan pertanyaan adalah orang yang memiliki rasa ingin tahu tentang sesuatu yang ia yakini bahwa ia membutuhkan informasi tersebut. Sedangkan menjawab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai memberi jawaban atau memberi tanggapan atas suatu pertanyaan atau kritik (KBBI, 1995:622). Bertanya dan menjawab merupakan salah satu indikator untuk mengamati apakah siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Menurut Arikunto (2005) bahwa untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka aktivitas siswa perlu ditingkatkan yaitu dengan cara meningkatkan jumlah peserta didik yang terlibat aktif untuk bertanya dan menjawab dan saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Kegiatan bertanya dan menjawab memiliki kelebihan yaitu mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa dan melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga pembelajaran lebih menarik, menghilangkan verbalisme, individualisme, dan intelektualisme (Fadli, 2011: 6). Menurut Akhmadsudrajat (2011: 6) kegiatan bertanya dan menjawab dalam pembelajaran dapat menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu siswa, merangsang siswa untuk saling belajar, menjalin komunikasi dengan seluruh kelas untuk menghidupkan interaksi dan proses belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa bertanya dan menjawab merupakan kegiatan yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran semakin menarik dan rasa ingin tahu siswa dapat bertumbuh dan berkembang.
Agama
Kristen
Pembelajaran agama Kristen adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan kontinyu dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungannya (Redaksi PAK, 2000). Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran agama Kristen memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas. Hal senada juga di ungkapkan oleh Homrighausen (2004:20) bahwa pelajaran agama Kristen di sekolah memberikan pembekalan bagi siswa untuk mengenal Tuhan dan karya agung yang telah Dia lakukan bagi dunia dan isinya. Menurut Sidjabat ( 2008:3) pengajaran agama Kristen (PAK) yang diberikan disekolah difokuskan kepada pengajaran nilai hidup dan cara menyatakan iman dalam aktivitas keseharian. Anak yang mempelajari agama Kristen tidak cukup hanya mengetahui apa yang dipelajari tetapi harus bertumbuh dalam kompetensi (kemampuan) lainnya termasuk memiliki sikap hidup positif, terampil, berani dan bertumbuh dalam nilai -nilai hidup kemandirian.
Dari beberapa pendapat para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa agama Kristen adalah suatu pengajaran yang
diberikan di sekolah agar siswa mengenal Tuhan dan karya yang Dia lakukan dalam
hidup manusia sehingga siswa dapat bertumbuh dalam iman dan menyatakan imannya
tersebut dalam kesehariannya.
Materi Manusia Merindukan Keselamatan
Cakupan materi makna merindukan keselamatan (Kelompok Kerja PAK PGI, 2009) adalah:
Manusia
merindukan keselamatan:
1. Pertobatan
Anak yang hilang (Lukas 15:11-32)
Tokoh-tokoh
yang berperan dalam kisah anak yang hilang adalah:
-
Seorang bapak yang memiliki 2 orang anak
-
Anak yang sulung
-
Anak bungsu
-
Teman-teman anak bungsu
-
Majikan
2. Karunia
Allah menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus (Lukas 22:1-71; 23:1-49)
Tokoh-tokoh
yang berperan dalam peristiwa penyaliban Yesus:
-
Yesus
-
Yudas Iskariot
-
Murid-murid Yesus
-
Prajurit-prajurit
Metode
Role Playing
1. Pengertian Metode Role Playing
Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati (Depdikbud, 2016). Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, tergantung pada apa yang diperankan. Titik tekanan metode role playing terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab bersama teman-temannya pada situasi tertentu.
Metode ini banyak melibatkan siswa dan
membuat siswa senang belajar, sebagaimana dikemukakan Mohammad Nazir
(1983:21) yang menyatakan metode role
playing ini mempunyai nilai tambah, yaitu : (1) Dapat dijamin jika seluruh
siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan
kemampuannya dalam bekerja sama hingga berhasil, (2) Permainan merupakan pengalaman belajar
yang menyenangkan bagi anak. Hal inilah yang menjadi dasar dalam role playing,
yang menyatakan bahwa anak-anak dapat belajar dengan baik jika pelajaran
tersebut menyenangkan. Dengan menerapkan
metode role playing akan terjadi suasana yang mengembirakan bagi siswa selama mereka belajar.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode role playing adalah suatu metode pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk bermain peran baik sebagai tokoh hidup atau benda mati
sehingga semua siswa dapat terlibat dalam pembelajaran dan aktif melakukan
praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab)
2. Langkah- langkah Metode Role Playing
Langkah-langkah metode role
playing menurut Sahrudin Sriudin (2012:2) sebagai berikut:
1.
Guru menyiapkan/menyusun skenario yang
akan ditampilkan.
2.
Menunjuk beberapa siswa untuk
mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar.
3. Guru
membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima orang.
4. Memberikan
penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5. Memanggil
para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan.
6. Masing-masing
siswa berada dikelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7. Siswa
bertanya jawab tentang apa yang telah dilakonkan oleh masing-masing kelompok.
8. Setelah
selesai tanya jawab masing-masing kelompok diberikan lembar kerja siswa (LKS).
9. Setiap
kelompok mengerjakan LKS dengan berdiskusi.
10. Masing-masing
kelompok menyampaikan hasil kerjanya.
11. Guru
memberikan kesimpulan secara umum.
12. Evaluasi.
13. Penutup.
3. Keunggulan Metode Role Playing
Menurut
Sahrudin Sriudin (2012:2) ada beberapa keunggulan dengan menggunakan metode
role playing yaitu:
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Sangat
menarik bagi siswa sehingga menungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias.
3. Membangkitakan
gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan.
4. Siswa
dapat langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar.
5. Mengembangkan
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
6. Meningkatkan rasa percaya siswa karena setiap siswa termasuk yang pemalu dilibatkan dalam setiap kegiatan di kelas.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah bermain peran. Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati (Depdikbud, 1994). Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, tergantung pada apa yang diperankan. Pada metode role pyaing, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar, sebagaimana dikemukakan Mohammad Nazir (1983:21) yang menyatakan metode bermain peran ini mempunyai nilai tambah, yaitu : Dapat dijamin jika seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerja sama hingga berhasil, dan juga permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Hal inilah yang menjadi dasar dalam role playing, yang menyatakan bahwa anak-anak dapat belajar dengan baik jika pada pelajaran tersebut menyenangkan. Dengan menerapkan metode role playing akan terjadi suasana yang mengembirakan bagi siswa selama mereka belajar.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, indikator dari keberanian siswa bertanya dan menjawab dapat dilihat dari; (a) mayoritas siswa mengajukan pertanyaan kepada guru ataupun kepada sesama siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran; (b) mayoritas siswa menjawab atau memberi tanggapan atas pertanyaan guru ataupun temannya. Langkah-langkah metode role playing menurut Sahrudin Sriudin (2012:2) sebagai berikut: (1) Guru menyiapkan/menyusun skenario yang akan ditampilkan; (2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar; (3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima orang; (4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;(5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan; (6) Masing-masing siswa berada dikelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan; (7) Setelah selesai ditampilkan masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok; (8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya; (9) Guru memberikan kesimpulan secara umum; (11) Evaluasi; (12) Penutup.
Menurut Sahrudin Sriudin (2012:2) ada beberapa keunggulan dengan menggunakan metode bermain peran yaitu: (1) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa; (2) Sangat menarik bagi siswa sehingga menungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias; (3) Membangkitakan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan; (4) Siswa dapat langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar; (5) Mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain; (6) Meningkatkan rasa percaya siswa karena setiap siswa termasuk yang pemalu dilibatkan dalam setiap kegiatan di kelas.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Maret 2020, pada semester ke satu tahun pelajaran 2020/2021 dengan dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 2 Sekadau Hulu yang terdiri dari 11 orang siswa dengan komposisi perempuan 8 orang dan laki-laki 3 orang.Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yaitu observasi langsung, dalam hal ini dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam keberaniannya untuk bertanya dan menjawab selama proses belajar mengajar dan implementasi metode role playing dan juga diskusi antara guru kolaborator untuk merefleksi hasil siklus Penelitian Tindakan Kelas.
Sedangkan alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian adalah: (a) Observasi: menggunakan lembar observasi
untuk mengukur tingkat keberanian siswa bertanya dan menjawab dalam proses
pembelajaran dan lembar observasi proses pembelajaran oleh guru; (b) Dokumentasi
: pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari data yang telah ada. Alat yang
digunakan adalah kumpulan data dan foto; (c) Angket: menggunakan panduan angket
untuk mengetahui pendapat dan sikap siswa tentang pembelajaran dengan metode role playing.
Sebagai tolok ukur keberhasilan bagi
siswa yaitu keberanian bertanya dan menjawab dalam proses belajar mengajar
meningkat dari sebelumnya. Guru memotivasi dan mencatat perkembangan siswa ke
dalam data Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanan Penelitian Tindakan Kelas
yang telah dilakukan, maka peneliti menetapkan indikator kinerja sebagai
berikut: (1) Adanya kesesuaian antara urutan penyajian materi dengan
perencanaan pembelajaran dengan penerapan metode role playing; (2) Adanya
perubahan yang terlihat dari kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
dengan metode role playing; (3) Adanya perubahan sikap siswa mengikuti
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yaitu semakin aktif dan antusias dalam
setiap siklus; (4) Adanya perubahan jumlah siswa yang mau bertanya dan menjawab
dalam setiap proses belajar mengajar yaitu pada siklus pertama ³
50% siswa bertanya dan ³ 55 % siswa menjawab dan pada siklus kedua ³
65 % siswa bertanya dan ³
70 % siswa menjawab.
Data yang dikumpulkan dari kegiatan penelitian
ini dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk
melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Data yang
dianalisis yaitu menganalisa keaktivan siswa untuk bertanya dan menjawab,
kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah;
menganalisis tingkat keberhasilan implementasi tindakan dalam pembelajaran
dengan metode role playing yang dikategorikan dalam klasifikasi berhasil,
kurang berhasil dan tidak berhasil. Data yang diperoleh dari hasil observasi
dianalisis pada setiap siklus dan dijadikan sebagai bahan refleksi.
Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas ini melalui dua siklus. Menurut Suharsimi Arikunto,
dkk (2009:16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui
yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan
refleksi tindakan.
Hasil
dan Pembahasan
Berdasarkan survei angket setelah pelaksanaan siklus 1, terlihat bahwa 45,5 % siswa menjawab sangat setuju dan 54,5 % siswa menjawab setuju jika pembelajaran agama Kristen dengan metode role playing membuat mereka menjadi lebih berani untuk bertanya dan menjawab. Artinya dengan metode role playing ini ada peran ini ada perubahan yang terjadi dalam pribadi siswa.
Dari hasil angket tersebut, dapat diketahui bahwa siswa mempunyai tanggapan dan kesan positif terhadap kegiatan belajaran mengajar dengan metode role playing. Kesan siswa sangat baik yaitu pembelajaran dengan metode role playing sangat menyenangkan, menumbuhkan keceriaan dan keakraban, sehingga lebih mudah berinteraksi dalam kelas, lebih berani bertanya jawab dan juga lebih mudah memahami pelajaran. Jadi dapat disebutkan bahwa metode role playing dalam pembelajaran agama Kristen untuk meningkatkan keberanian siswa bertanya dan menjawab pada siklus pertama cukup berhasil. Untuk pengamatan keterampilan siswa didapati bahwa keberanian siswa untuk bertanya jawab dengan kelompok lain sudah mulai berkembang dengan skor perolehan untuk kelompok 1 memperoleh skor 11 atau 73,3 % dan kelompok 2 dengan skor 10 atau 66,6 %. Memang pada siklus 1 ini kualitas pertanyaan siswa belum terlalu baik, dan bahasanya juga belum teratur dengan baik, tetapi adanya keberanian untuk bertanya dan menjawab sudah merupakan suatu perubahan yang baik.
Dari hasil pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pada siklus pertama ini tergolong sedang (cukup berhasil), karena belum memenuhi target peneliti. Belum tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti pada siklus 1 ini menjadi bahan refleksi peneliti untuk melaksanakan siklus 2. Beberapa kendala yang dihadapi pada siklus 1 ini antara lain; guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran dengan metode kelompok bermain, sebagian siswa juga belum terbiasa dengan metode kelompok bermain, siswa masih malu-malu untuk bertanya dan menjawab, dan juga pada saat siswa itu sudah mengangkat tangan untuk bertanya siswa tersebut nampak malu-malu untuk bersuara. Untuk memperbaiki kelemahan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus 1, maka peneliti merencanakan siklus 2 dengan melakukan perbaikan perbaikan antara lain guru guru memberikan waktu latihan yang cukup untuk siswa mempelajari tokoh yang akan mereka perankan, guru memberikan pengarahan yang jelas sebelum pembelajaran dan selama proses pembelajaran dan guru memberikan motivasi kepada siswa untuk berani bertanya dan menjawab dengan memberikan pujian.
Hasil observasi pada siklus 2 ini menunjukkan siswa sudah lebih aktif dan berani bertanya dan menjawab. Kelompok pertama yang diberikan kesempatan untuk bertanya tampak masih ada yang malu-malu atau ragu untuk bertanya. Tetapi setelah peneliti memberikan pengarahan dan motivasi, akhirnya siswa tersebut mau juga bertanya. Sedangkan kelompok kedua yang diberi kesempatan untuk bertanya, tampak lebih aktif. Hal ini terlihat dari semua anggota kelompoknya sudah lebih berani bertanya dan menjawab. Dari pengamatan secara keseluruhan didapati bahwa dari sebelas siswa hanya satu orang yang belum berani bertanya tetapi ada dua orang siswa yang dua kali mengajukan pertanyaan. Sedangkan untuk menjawab, dari sebelas orang siswa ada delapan orang yang berani menjawab, dua orang siswa dua kali menjawab dan satu orang siswa tiga kali menjawab. Persentase keberanian siswa bertanya dan menjawab pada siklus 2 ini yaitu 90,9 % sedangkan untuk menjawab 72,7%. Peningkatan ini dapat terjadi karena peneliti merefleksi kelemahan pada siklus pertama dan hal itu menjadi dasar perencanaan pada siklus kedua. Selain itu siswa juga sudah lebih memahami metode bermain peran, berlatih dengan waktu yang yang cukup, semakin percaya diri dan adanya pengarahan atau motivasi yang guru berikan selama proses pembelajaran berlangsung. Jadi dapat dikatakan bahwa keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pada siklus kedua ini tinggi.
Berdasarkan hasil angket pada proses pembelajaran pada siklus 2, terlihat bahwa 63,6 % siswa menjawab sangat setuju dan 36,3% siswa menjawab setuju jika pembelajaran agama Kristen dengan metode role playing membuat mereka menjadi lebih berani untuk bertanya dan menjawab. Artinya dengan metode role playing ini ada peran ini ada perubahan yang terjadi dalam pribadi siswa. Dan juga 72,7 % siswa menjawab sangat setuju dan 27,2 % setuju jika pembelajaran dengan menggunakan metode role playing membuat mereka lebih bersemangat mengikuti pelajaran agama Kristen.
Dari hasil angket tersebut, dapat diketahui bahwa siswa mempunyai tanggapan dan kesan yang semakin positif terhadap kegiatan belajaran mengajar dengan metode role playing. Kesan siswa sangat baik yaitu pembelajaran dengan metode role playing sangat menyenangkan, menumbuhkan keceriaan dan keakraban, sehingga lebih mudah berinteraksi dalam kelas, lebih berani bertanya jawab dan juga lebih mudah memahami pelajaran.Untuk pengamatan keterampilan siswa dalam bermain peran didapati keberanian siswa untuk bertanya jawab dengan kelompok lain semakin berkembang dengan skor perolehan untuk kelompok 1 memperoleh skor 12 atau 80 % dan kelompok 2 dengan skor 13 atau 86,6 %.
Berdasarkan hasil temuan penelitian pada siklus 1 dan 2 yang dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat bulan Januari 2020, maka dibuat rekapitulasinya seperti tabel berikut:
Tabel
1
Rekapitulasi
Keaktifan Siswa Bertanya Dan Menjawab
No Aspek
Yang Diamati |
|
Ketercapaian Menurut Siklus |
|
I II |
|
Jumlah |
% Jumlah % |
|
1.
Keberanian
bertanya 5 45,4 10 90,9 |
||
2.
Keberanian menjawab
5 45,4 8 72,7 |
||
Rata-rata 5 45,4 9 81,8 |
Data keaktifan siswa bertanya dan menjawab diperoleh dari hasil observasi lembar pengamatan yang diisi oleh observer dengan mengamati jumlah siswa yang bertanya dan menjawab selama proses pembelajaran pada setiap siklusnya kemudian dihitung persentasenya. Keaktifan siswa bertanya dan menjawab mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dimana pada siklus pertama jumlah siswa yang bertanya 5 orang atau 45,4 % dan pada siklus kedua jumlahnya meningkat dengan jumlah siswa yang bertanya 10 orang atau 90,9 %. Sedangkan untuk menjawab pada siklus pertama jumlah siswa yang menjawab 5 orang atau 45,4 % pada siklus kedua meningkat menjadi 8 orang atau 72,7 % . Dari hasil pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa metode role playing dalam Pendidikan Agama Kristen untuk meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pada siklus pertama ini tergolong sedang, karena belum mencapai target peneliti dan pada siklus kedua tergolong tinggi. Hal ini dapat tercapai karena setelah siklus kedua dilaksanakan, perubahan yang terjadi pada siswa semakin besar dibandingkan dengan pada siklus pertama. Peningkatan ini dapat terjadi karena peneliti merefleksi kelemahan pada siklus pertama dan hal itu menjadi dasar perencanaan pada siklus kedua. Peningkatan ini dapat terjadi karena siswa sudah lebih memahami metode bermain peran, latihan yang cukup, semakin percaya diri dan adanya pengarahan atau motivasi yang diberikan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus kedua ini juga ada beberapa siswa yang sangat berani untuk bertanya, tidak ragu-ragu atau malu-malu lagi seperti pada siklus pertama. Bahkan ada dua orang siswa yang bertanya sampai dua kali dan ada satu orang siswa yang menjawab pertanyaan dari kelompok sampai tiga kali.
Tabel
2
Rekapitulasi
Hasil Angket Siswa Dalam Proses Pembelajaran
No
Instrumen |
Ketercapaian
menurut siklus |
I II
|
|
% % |
|
SS S
TS STS SS
S TS STS |
|
1. Pembelajaran
agama Kristen dengan metode bermain peran yang baru saya ikuti sangat menarik
dan menyenangkan 72,7 27,7
81,8 18,1 |
|
2.
Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran membuat saya lebih berani bertanya dan menjawab terhadap
teman dan guru 45,4 54,5 63,6 36,3 |
|
3.
Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran membuat saya lebih bersemangat mengikuti pelajaran agama Kristen 54,5 45,4
72,7 27,2 |
|
4.
Pembelajaran seperti ini membuat saya lebih percaya diri dalam berdiskusi 36,3 64 63,6 36,3 |
|
5.
Metode bermain peran membuat saya lebih sulit mengekspresikan diri dengan peran yang saya senangi 73 27,7 63,6 36,3 |
|
6.
Pembelajaran dengan metode bermain peran membuat saya lebih berani mengutarakan pendapat dalam diskusi karena dimulai dengan pemilihan peran yang saya senangi 18,1 81,8 36,3 63,6 |
|
7.
Pembelajaran dengan metode bermain peran membuat saya lebih nyaman berinteraksi dengan teman selama mengikuti proses pembelajaran 45,4
54,5 54,5 45,4 |
|
8.
Metode bermain peran dalam pembelajaran agama Kristen tidak menarik karena sangat sulit dilakukan 45,5 54,5 64 36,3 |
|
9.
Pembelajaran dengan metode bermain peran membuat saya lebih mudah menuangkan ide-ide kreatif untuk memerankan diri berdasarkan peran pilihan saya 45,5
54,5 54,5 45,4 |
|
10.
Pembelajaran dengan metode bermain peran membuat saya lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan 18,1 81,8 36,3 63,6
|
|
Rata-rata 41,9 58,0
59,2 41,1 57,9 41,9
63,8 36,3 |
Tabel
3
Rekapitulasi Perolehan Skor Keterampilan
Siswa
No Keterampilan Skor
Ideal |
|
Ketercapaian
menurut siklus |
I II |
||
% % |
||
Kel 1 Kel 2 Kel 1 Kel 2 |
||
1.
Persiapan bermain peran di depan kelas 10 70 60 80 80 |
||
2.
Memerankan skenario di depan kelas 20 65
70 75 80 |
||
3. Bertanya jawab 15 73,3 66,6 80 86,6 |
||
4. Berdiskusi 15 67 73,3 80 80 |
||
Rata-rata 15 68 67,4 78,7 81,6 |
Data ini diperoleh dari lembar
observasi keterampilan siswa yang diisi oleh observer dengan panduan
penskoran yang kemudian dihitung dalam persen. Berdasarkan data di atas dapat
disebutkan bahwa keberanian siswa untuk bertanya jawab dengan kelompok lain sudah mulai berkembang
yaitu pada siklus pertama kelompok 1 memperoleh 73,3 % dan kelompok 2 memperoleh
66,6 % dan pada siklus kedua kelompok 1
memperoleh 80 % dan kelompok 2 memperoleh 86,6 %
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode role playing dapat meningkatkan keberanian bertanya dan menjawab pada pembelajaran agama Kristen di kelas VII SMP Negeri 2 Sekadau Hulu. Pada siklus 1 peningkatan persentase keberanian siswa bertanya dan menjawab masih rendah yaitu 45,4 % sehingga belum mencapai target peneliti. Tetapi setelah diadakan refleksi terhadap kekurangan/kelemahan pada siklus 1 dan diterapkan pada siklus 2 maka terjadi peningkatan yang sangat baik pada siswa. Persentase keberanian bertanya pada siklus 2 mencapai 90,9 % dan menjawab 72,7 %. Dari 11 orang siswa hanya 1 orang yang belum mau bertanya, tetapi ada dua orang siswa yang bertanya sampai dua kali. Sedangkan untuk menjawab dari 11 orang siswa hanya 3 orang yang belum mau menjawab, tetapi ada satu orang yang dua kali menjawab dan satu orang yang tiga kali menjawab.
Perolehan skor keterampilan siswa bertanya jawab dengan kelompok lain selama proses pembelajaran dengan metode role playing juga mengalami peningkatan. Pada siklus 1 keterampilan bertanya jawab untuk kelompok pertama 73,3 % dan kelompok kedua 66,6 %. Setelah siklus 2 dilaksanakan persentasenya meningkat, untuk kelompok pertama 80 % dan kelompok kedua 86,6 %. Selain itu penerapan metode bermain peran dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di kelas VII SMP Negeri 2 Sekadau Hulu membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, keakraban antara sesama siswa dan dengan guru semakin baik. Semua siswa terlihat gembira dan sangat antusias dalam bermain peran dan berdiskusi.
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian bahwa dengan penerapan metode role playing dapat meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya
dan menjawab dalam Pendidikan Agama Kristen, maka peneliti menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru dapat menjadikan metode role playing sebagai
suatu alternatif dalam pembelajaran agama Kristen ataupun pada pelajaran yang
lain sehingga proses pembelajaran semakin menyenangkan.
2. Perlu
adanya penelitian dan kajian lebih lanjut tentang metode role playing sehingga
dapat lebih bermanfaat bagi peningkatan kulaitas pendidikan di Indonesia.
Referensi
Anggota IKAPI.
2020. Akitab. Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia.
Arikunto,
Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdikbud. 1994.
Garis-garis Besar Program Pengajaran
Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balitbang Dikbud.
Dharmasetia, B.
1965. Masa Remaja. Jakarta: Swada.
Gunarsa,
Singgih. 1983. Psikologi Perkembangan
Anak & Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hutabarat,
Oditha R. 2004. Model-model Pembelajaran
Aktif Pendidikan Agama Kristen SD, SMP,
SMA Berbasis Kompetensi. Bandung: Bina Media Informasi.
Nasution, S.
2000. Didaktik Azaz-azaz Mengajar.
Bandung: Jermnas.
Nasution. 2003. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.
Saptika,
Andarini. & Amarulloh, Rizal. 2010. Kamus
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Multazam,
Mulia utama
Sidjabat, B.S.
2014. Membesarkan Anak Dengan Kreatif.
Yogyakarta: Yayasan Andi
Suharsimi
Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta
Suryabrata,
Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Good,
BalasHapusmakasih pak
Hapusmantap
BalasHapusmakasih sahabat...
Hapus